MENTERI AGAMA MINTA PEMDA/PEMKOT BANTU MADRASAH
Banten (Pinmas) —- Menteri Agama Suryadharma
Ali, meminta pemerintah daerah/kota turut serta membantu mengembangkan
madrasah dan lembaga pendidikan agama. Ini menyusul tantangan besar yang
menghadang madrasah. Terutama dari segi pembiayaan dan peningkatan
kualitas.
“JANGAN HARAMKAN APBN UNTUK LEMBAGA PENDIDIKAN AGAMA,” katanya saat peresmian dan pelatakan batu pertama
Gedung MTs Nurul Ikhlas Legok Widara Drangong Taktakan Serang, Banten,
Senin (11/6).
Hadir dalam peresmian sekaligus peletakkan batu pertama itu,
Direktur Madrasah Kemenag, Dedi Djubaedi, Walikota Serang Tubagus Haerul
Jaman, dan delegasi Pemda Banten. Tak ketinggalan, para tokoh agama dan
masyarakat.
Status swasta yang dimiliki madrasah, sambung Menag, menjadikan
lembaga ini murni di bawah manajerial pimpinan, biasanya kiai. Jika
tidak didukung kemampuan berkomunikasi dan finansial, rasanya berat
madrasah tertentu berkembang. “Ini tantangan kita semua,” katanya.
Apalagi kata Menag, alokasi APBN kini
cukup besar untuk pendidikan, yakni 20 persen. Penting memperhatikan
pula madrasah dan tidak menomorduakan lembaga itu. Perhatian instansi
terkait ini penting agar para putra bangsa menikmati bangku sekolah.
Menag meminta pula agar kesejahteraan guru diperhatikan. Dia menyampaikan rasa prihatin ternyata masih ada
guru berhonor Rp 600 ribu, pertahun. “Itupun dibayar berbarengan dengan THR hari raya,” ungkapnya.
Menag pun mengingatkan jajarannya, agar jajarannya turun ke bawah.
Ini penting untuk melihat realita yang berkembang di tengah-tengah
masyarakat. Dia tak ingin fenomena menyedihkan dunia pendidikan terus
terulang. Dia menyebut peristiwa ambruknya madrasah di Lebak, Banten
dulu terulang dan kisah Fatimah, gadis kecil asal Cirebon yang putus
sekolah lalu bekerja sebagai pemecah batu dengan upah Rp6000 perhari.
Dia berkeyakinan, mestinya kenaikan pendapatan negara itu akan
menambah besaran alokasi pendidikan dari 20 persen tersebut. Artinya,
seyogianya tak ada lagi sekolah ambruk ataupun siswa yang tak
bersekolah. “Pasti ada yang salah dari birokrasi, turunlah ke
bawah,”pintanya. Acara ditutup dengan peletakkan batu pertama dan
pementasan kesenian khas Banten, Debus. (nashihn)
Sumber: